Cari Blog Ini

Rabu, 15 April 2015

Cintaku di Ujung Tombak


Impian, cita-cita, doa, dan
kepercayaan dari mereka adalah tujuanku. Ingatlah Allah slalu menolong
hambaNya yang beriman. Kak, doanya untukku ya?? Aku tak minta apa2 kok, cuma doa. Kakak masih maukan ngasih doa buat aku? #F

Senja kembali merana. Pulang sekolah rasanya
lemes, duduk saja langsung terbawa mimpi. Padahal seragam, sepatu
belumlah lepas.
Pukul 15.00
Teringat hari ini aku ada rencana ke rumahnya Mbak Syahwa. Cepat-cepat
aku mandi dan mencari dua buku yang pernah aku pinjam darinya. Sebelum
kesana aku mampir di rumah mbak Nisa.
|Mbak, repot? Tak ajak ke Bediwetan bisa?
|Bisa, tak ganti baju dulu ya?
|Oke.
Sesampainya disana, terlihat anak-anak TPQ yang berkerumun pulang. Ada
sosok wanita yang tengah duduk bersama suaminya.
|Assalamu'alaikum, sapaku.
|Wa'alaikumsalam, ada apa dek Emy tumben kesini? Tak kira dah lupa.
|Ndak mbak, mau mengembalikan buku aja. Sekalian minta doa buat ujian
besok Senin.
|Oh,, semoga ujiannya lancar. Terus gimana bidik misinya?
|Masih Mei, mbak.
|Gimana dek, sudah move on beneran?
|Sudah mbak, pokoknya fighting.
|Di kampus heboh banget lo mereka, dek.
|Udah mbak, aku ndak mau denger apa-apa pokoknya. Udah lupa, kataku
terpaksa.
Obrolan hangatpun terus berlanjut, namun aku lebih banyak diam. Hanya
berusaha tetap tersenyum dan tertawa sebisanya. Mbak Syahwa berkata, aku
dan mbk Nisa harus saling mengingatkan. Sebagai sahabat harus saling
memberi. InsyaAllah, mbak.

Sesampainya di rumah, aku berdiri di depan kaca. Menatap tajam mataku
dan berucap, "Ingatlah dengan impian kita, jalan hidup kita masih
terbentang luas di depan. Jangan sampai hanya karena dua orang saja
hidupmu berantakan." Air mata yang sedari tadi kutahanpun akhirnya
meleleh deras. Akupun memaksakan diri untuk tersenyum dan menghapus
lembut peluhku. Tatkala ku tatap diriku yang tengah tersenyum, aku
berucap, "Harus slalu seperti ini, semangat!! Semua ini adalah sebuah
konsekuensi yang harus kita jalani bersama, tentunya dengan penuh
keikhlasan.
Sakit di hatiku adalah sebuah pengorbanan, inilah hidup. Kamu pernah
menyakiti dan sekarang tersakiti itu biasa. Kita kuat, em!! Akupun
berlalu meninggalkan tawa dalam cermin, duduk dan teringat sebuah pesan,
"Surah Al-Waqi'ahnya jangan lupa."
Aku segera berwudlu, mengambil Al-Qur'an hijauku. Kubuka perlahan dan
ingatanku sayup-sayup kembali padanya. Tapi sesegera mungkin aku
mengelak, "Buang, buang semua tentangnya!" kataku.
Perlahan kucari Surah Al Waqi'ah, kubaca dengan penuh harap akan
ketenangan hati. Air mata, kembali air mata yang membanjiri. Namun, usai
membacanya, benar. Aku menemukan kesejukan, kedamaian untuk mulai
belajar. Ujian sudah di depan mata. Bukan dia yang aku cari, bukan dia
yang aku butuhkan, bukan dia tempatku menaruh cinta, bukan dia tempatku
mengeluh, bukan karena dia air mataku mengalir. Tapi untuk Allah, semua
untuk Allah.
08 April 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar