Cari Blog Ini

Rabu, 15 April 2015

Tak selamanya apa yang kita harapkan menjadi taqdir hidup kita. Tetap yakin, bahwa Allah dekat. Istiqamah dan jangan terlalu memikirkan dunia. Di akherat nanti, itulah hidup yang abadi. Siapapun kamu, aku ingin kita bertemu di surga. Semangat, semangatt! Cuma tinggal menghitung jam, ndak boleh lengah! Ingatkah apa yang dikatakan Pak Agus? Sesaat setelah aku mencium punggung tangan beliau. Ingatanku terputar kembali pada saat-saat kami anak-anak elektro dibentak olehnya karena ketidakseriusan kami, meskipun begitu aku cukup bangga dengan hasil kerjaku dgn teman-teman yang berhasil membuat Pak Agus sedikit bangga dengan kelasku, IPA 2. Hehe. Meski tampak kasar, beliau juga banyak memberi kami masukan. Tentang bagaimana beliau sekolah dengan satu buku, satu buku yang slalu dibawanya kemana-mana. "Pak Agus, minta doanya buat ujian nanti." "Emy, ini? Yang penting semangat!" Teriakan beliau yang slalu terngiang dalam ingatanku kala aku merasa letih. Langkahku tertuju pada bu Trina, beliau yang dua tahun lalu pernah menawariku untuk menjadi anak asuhnya. Aku teringat bagaimana aku pernah menangis di hadapan beliau. "Sukses, nduk." "Amin, makasih bu Trina." Aku terus melangkah, tiba di depan pintu keluar kakiku terhenti dan akupun menoleh kembali pada Bu Trina yang ternyata juga masih memandangku. Aku anggukkan kepala yang disambut hangat oleh beliau. Pukul 17.30 Sore hari tiba, acara istighasahpun digelar. "Apa yang terjadi padamu malam ini? Kenapa kamu menangis? Sudahlah, jangan menangis terus." kata salah seorang teman yang duduk di sampingku. Aku membalasnya dengan senyuman, meski dia tau aku menangis tapi dia diam karena dia tau aku tidak akan menceritakan apapun. "Suasana hatiku sedang tidak enak.hehe" jawabku. Tentang hatiku, Allah, ibu, ayah, keluarga, cita, cinta, semua terulas kembali. Semua terbayang kembali saat indah itu dan saat menyakitkan ini. "Ingat Allah! Tersenyumlah. Kamu bisa kok. Kita kuat. Kita akan membuktikannya. Sabar, ikhlas." begitulah hati slalu memperingati. "Mas, apa kamu tengah tersenyum bersamanya? Aku juga sedang tersenyum kok, kak. Pada diriku sendiri, aku slalu berusaha untuk tersenyum. Saat ku ingat kakak, aku slalu ingat Allah. Aku banyak blajar bagaimana aku harus sabar dengan keadaan. Kak, makasih juga karena telah membuatku slalu menyibukkan diri, mencari banyak cara agar setiap detiknya tak ada kesempatan bagiku untuk menangis karena kakak. 13-15 April, kita akan berjuang 19 April, aku yakin aku bisa Untuk seterusnya aku serahkan semua pada Allah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar