Cari Blog Ini

Kamis, 29 Oktober 2015

Ku Bersimpuh Pada-Mu Ya Rabb

ولله الاسماءالحسنى فادعوه بها وذروالذين يلحدون فى اسماءه سيجزون ماكانوايعملون

Hanya milik Allah asmaaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam menyebut nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (Al A'raaf :180)


Al-Ghafur, salah satu dari 99 nama Allah yang artinya Maha Pengampun. Di antara dia yang menyebut nama ini adalah hadits yang menerangkan ketika Abu Bakar berkata kepada Rasulullah Saw., "Ajarkanlah aku sebuah doa yang akan aku baca di setiap shalatku." Beliau menjawab, 'Katakanlah :
اللهم انى ظلمت نفسي ظلما كثيرا ولا يغفر الذنوب الاانت فاغفرلى مغفرة من عندك وارحمني انك انت الغفورالرحيم
'Ya Allah, sesungguhnya aku telah banyak berbuat aniaya dan tidak ada yang bisa mengampuni dosa terkecuali hanya Engkau, karena itu ampunilah aku dengan ampunan yang datang dari sisi-Mu, dan rahmatilah aku, karena sesungguhnya hanya Engkaulah Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang'. (Sahiihul Bukhari, 799)

Siapa saja yang dengan keyakinannya berdoa dan memohon kepada Allah, Allah pasti mengabulkannya. Ntah itu sekarang ataupun nanti, langsung ataupun tidak, tapi percayalah Allah pasti akan mengabulkan semua permohonan hamba-Nya yang meminta kepada-Nya. Bisa saja Allah mengabulkan ketika kita masih di dunia, bisa pula ketika kita sudah di akherat kelak. Bisa sesuai dengan harapan kita, ada pula yang tidak. Tapi yakinlah, sekali lagi yakinlah!! Allah lebih mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Allah itu Maha Melihat, Maha Mendengar, dan Maha Pengampun atas segala dosa. Suatu hari saya berkeluh kesah atas kehidupan yang saya, saya slalu bertanya pada hati saya sendiri, "Apa yang menghalangi saya untuk taubatan nashuha?" Bahkan saya jengkel dengan diri saya sendiri yang enggan membuka mata hati untuk sekedar mensyukuri segala nikmat-Nya. Sampai akhirnya saya bertemu dengan seorang wanita, sengaja saya mendatanginya karena saya yakin dia bisa membantu saya. Dan setiap kali saya mengeluh dia slalu berkata, "Hilangkan segala keraguan yang ada di hatimu, hindari perbuatan-perbuatan haram yang dapat mengotori jiwamu, perbanyaklah ibadah untuk memperkuat imanmu, dan teguhkanlah keyakinanmu bahwa Allahlah tujuan hidupmu". Tapi berkali-kali saya kembali goyah dan goyah, tapi setiap mendengarkan nasehatnya hati saya kembali sejuk. Allah yang mengirimkan ketenangan padaku dengan perantaraan dirinya, Allah mengirimkan dia untukku agar membimbingku menuju ridla-Nya, maka dari itu kepada Allah pula ingin kuungkapkan segala rasa syukurku dan pada-Nya pula kumohon ampun. Hamba menitipkan hati hamba untuk-Mu, jagalah agar hamba bisa tetap istiqamah di jalan-Mu.

Rabu, 15 April 2015

Everybody Fighting

Tertanggal,
 06 April 2015.
Hari itu di sekolah diadakan training motivasi yang diisi oleh motivator
 dari Kampung Inggris Pare, Kediri. Marendra Darwis dan Mas Joy.
Marendra Darwis adalah seorang penulis, salah satu bukunya yang pernah
aku baca berjudul, "Apakah Bibirmu Masih Perawan". Acara ini sangat
berkesan, aku yang datang membawa letih, ketika pulang semangat kembali
membara, bagai api bertemu ranting-ranting kering.
Banyak hal yang bisa aku petik dari acara tersebut. Salah satu yang
paling aku ingat adalah ketika beliau bertanya,
"Apa kalian yakin umatnya Rasulullah?"
Kemudian beliau bercerita, di Padang Mahsyar ketika dikumpulkan, seorang
 ditanya oleh Allah, "Benarkah kamu umat Rasulullah?"
"Benar Ya Allah."
Kemudian Allah memanggil Rasul-Nya, "Benarkah dia umatmu?"
Rasulullah menjawab, "Bukan".
Malukan kalau ngaku-ngaku jadi umat Rasulullah, sedang Rasulullah tak
mengakui kita? Maka dari itu kita jangan hanya mengaku-ngaku, tapi juga
melaksanakan apa yang disunnahkan setelah memenuhi kewajiban. Jadikan diri dengan Rasulullah seperti jari telunjuk dan jari tengah, yang selalu dekat dan rekat. Marendra Darwis juga tak hentinya mengingatkan kita bahwasannya Allah selalu menolong hamba-Nya yang beriman, terus dan teruslah memperbarui iman dan semangat. Janganlah malas, beliau berkata, "Rasa malas muncul karena jauhnya ingatan dengan impian." Saat itu pula aku teringat dengan janjiku, untuk bertindak lebih keras dari biasanya. Untuk berbuat lebih banyak guna memenuhi ketertinggalanku. Janji yang hampir melebur beriring jiwaku yang merana. Tapi itu dah lewat, sekarang yang ada adalah masa depan. Masa depanku dengan impian-impianku yang tergores dalam selembar kertas putih tanpa dosa. 5 cm impian-impian itu ada di depan keningku, di dalam genggamanku.

Cintaku di Ujung Tombak


Impian, cita-cita, doa, dan
kepercayaan dari mereka adalah tujuanku. Ingatlah Allah slalu menolong
hambaNya yang beriman. Kak, doanya untukku ya?? Aku tak minta apa2 kok, cuma doa. Kakak masih maukan ngasih doa buat aku? #F

Senja kembali merana. Pulang sekolah rasanya
lemes, duduk saja langsung terbawa mimpi. Padahal seragam, sepatu
belumlah lepas.
Pukul 15.00
Teringat hari ini aku ada rencana ke rumahnya Mbak Syahwa. Cepat-cepat
aku mandi dan mencari dua buku yang pernah aku pinjam darinya. Sebelum
kesana aku mampir di rumah mbak Nisa.
|Mbak, repot? Tak ajak ke Bediwetan bisa?
|Bisa, tak ganti baju dulu ya?
|Oke.
Sesampainya disana, terlihat anak-anak TPQ yang berkerumun pulang. Ada
sosok wanita yang tengah duduk bersama suaminya.
|Assalamu'alaikum, sapaku.
|Wa'alaikumsalam, ada apa dek Emy tumben kesini? Tak kira dah lupa.
|Ndak mbak, mau mengembalikan buku aja. Sekalian minta doa buat ujian
besok Senin.
|Oh,, semoga ujiannya lancar. Terus gimana bidik misinya?
|Masih Mei, mbak.
|Gimana dek, sudah move on beneran?
|Sudah mbak, pokoknya fighting.
|Di kampus heboh banget lo mereka, dek.
|Udah mbak, aku ndak mau denger apa-apa pokoknya. Udah lupa, kataku
terpaksa.
Obrolan hangatpun terus berlanjut, namun aku lebih banyak diam. Hanya
berusaha tetap tersenyum dan tertawa sebisanya. Mbak Syahwa berkata, aku
dan mbk Nisa harus saling mengingatkan. Sebagai sahabat harus saling
memberi. InsyaAllah, mbak.

Sesampainya di rumah, aku berdiri di depan kaca. Menatap tajam mataku
dan berucap, "Ingatlah dengan impian kita, jalan hidup kita masih
terbentang luas di depan. Jangan sampai hanya karena dua orang saja
hidupmu berantakan." Air mata yang sedari tadi kutahanpun akhirnya
meleleh deras. Akupun memaksakan diri untuk tersenyum dan menghapus
lembut peluhku. Tatkala ku tatap diriku yang tengah tersenyum, aku
berucap, "Harus slalu seperti ini, semangat!! Semua ini adalah sebuah
konsekuensi yang harus kita jalani bersama, tentunya dengan penuh
keikhlasan.
Sakit di hatiku adalah sebuah pengorbanan, inilah hidup. Kamu pernah
menyakiti dan sekarang tersakiti itu biasa. Kita kuat, em!! Akupun
berlalu meninggalkan tawa dalam cermin, duduk dan teringat sebuah pesan,
"Surah Al-Waqi'ahnya jangan lupa."
Aku segera berwudlu, mengambil Al-Qur'an hijauku. Kubuka perlahan dan
ingatanku sayup-sayup kembali padanya. Tapi sesegera mungkin aku
mengelak, "Buang, buang semua tentangnya!" kataku.
Perlahan kucari Surah Al Waqi'ah, kubaca dengan penuh harap akan
ketenangan hati. Air mata, kembali air mata yang membanjiri. Namun, usai
membacanya, benar. Aku menemukan kesejukan, kedamaian untuk mulai
belajar. Ujian sudah di depan mata. Bukan dia yang aku cari, bukan dia
yang aku butuhkan, bukan dia tempatku menaruh cinta, bukan dia tempatku
mengeluh, bukan karena dia air mataku mengalir. Tapi untuk Allah, semua
untuk Allah.
08 April 2015

Tetapkan Hatiku dalam Agama-Mu


Tak
selamanya apa yang kita harapkan menjadi taqdir hidup kita. Tetap
yakin, bahwa Allah dekat. Istiqamah dan jangan terlalu memikirkan dunia.
Di akherat nanti, itulah hidup yang abadi. Siapapun kamu, aku ingin
kita bertemu di surga. Semangat, semangatt! Cuma tinggal menghitung jam,
ndak boleh lengah! Ingatkah apa yang dikatakan Pak Agus? Sesaat setelah
aku mencium punggung tangan beliau. Ingatanku terputar kembali pada
saat-saat kami anak-anak elektro dibentak olehnya karena ketidakseriusan
kami, meskipun begitu aku cukup bangga dengan hasil kerjaku dgn
teman-teman yang berhasil membuat Pak Agus sedikit bangga dengan
kelasku, IPA 2. Hehe. Meski tampak kasar, beliau juga banyak memberi
kami masukan. Tentang bagaimana beliau sekolah dengan satu buku, satu
buku yang slalu dibawanya kemana-mana. "Pak Agus, minta doanya buat
ujian nanti."
"Emy, ini? Yang penting semangat!" Teriakan beliau yang slalu terngiang
dalam ingatanku kala aku merasa letih. Langkahku tertuju pada bu Trina,
beliau yang dua tahun lalu pernah menawariku untuk menjadi anak asuhnya.
Aku teringat bagaimana aku pernah menangis di hadapan beliau. "Sukses,
nduk."
"Amin, makasih bu Trina."
Aku terus melangkah, tiba di depan pintu keluar kakiku terhenti dan
akupun menoleh kembali pada Bu Trina yang ternyata juga masih
memandangku. Aku anggukkan kepala yang disambut hangat oleh beliau.

Pukul 17.30
Sore hari tiba, acara istighasahpun digelar. "Apa yang terjadi padamu
malam ini? Kenapa kamu menangis? Sudahlah, jangan menangis terus." kata
salah seorang teman yang duduk di sampingku. Aku membalasnya dengan
senyuman, meski dia tau aku menangis tapi dia diam karena dia tau aku
tidak akan menceritakan apapun. "Suasana hatiku sedang tidak enak.hehe"
jawabku.
Tentang hatiku, Allah, ibu, ayah, keluarga, cita, cinta, semua terulas
kembali. Semua terbayang kembali saat indah itu dan saat menyakitkan
ini. "Ingat Allah! Tersenyumlah. Kamu bisa kok. Kita kuat. Kita akan
membuktikannya. Sabar, ikhlas." begitulah hati slalu memperingati.

"Mas, apa kamu tengah tersenyum bersamanya? Aku juga sedang tersenyum
kok, kak. Pada diriku sendiri, aku slalu berusaha untuk tersenyum. Saat
ku ingat kakak, aku slalu ingat Allah. Aku banyak blajar bagaimana aku
harus sabar dengan keadaan. Kak, makasih juga karena telah membuatku
slalu menyibukkan diri, mencari banyak cara agar setiap detiknya tak ada
kesempatan bagiku untuk menangis karena kakak.

13-15 April, kita akan berjuang
19 April, aku yakin aku bisa
Untuk seterusnya aku serahkan semua pa

Give Thanks to Allah

Diary oh Diary.
Sebenarnya aku masih takut menyentuhmu, aku tak berani mendekatimu, tapi
aku juga tak rela membuangmu. Tapi rasa rinduku mengalahkan
ketakutanku. Akhirnya aku beranikan diri untuk membuka masa laluku.
Awalnya aku tersenyum-senyum, mengingat-ingat bahwa kejadian demi
kejadian yang tersurat dalam diary ini adalah kisahku. Semakin banyak
aku membuka lembar demi lembar, tanganku terhenti pada sebuah judul
"Kata Motivasi dan Pencerah Qalbu" by Fikri (disamarkan). "Siapa Fikri
yang ada dalam diary ini?"
15 lembar lebih terlewati, semua berisi amanah dan nasehat yang pernah
kakak berikan. Kemudian usai kubaca tulisan dengan judul "Kejujuran dan
Cinta", aku berkata, "Aku tak ingat aku pernah menulis semua ini.
Tertanggal 06 Maret 2014.
|Semua hanya berat di fikiran. Kenyataan gak seperti yang ada di angan.
Aku minta pendapat. Tentang sikapku, apa yang harus aku lakukan dgn
perasaan ini?
|Tetaplah seperti itu, karena memang seharusnya seperti itu. Jadilah
diri sampean sendiri. Kalau yakin, kita bisa sama-sama menjaga hati.
|Apakah perlu kita mendekatkan hubungan?
|Aku hanya wanita biasa yang gak punya apa-apa. Mimpi apa aku ingin
bersanding dgn seorang sepertimu? Pantaskah aku berharap cintamu? Karna
itulah aku pengen menghindar. Ku gak pengen terlalu berharap dan
akhirnya hanya sakit.
|Mengapa harus kata-kata itu lagi yg terucap dari seorang yang ku
sayangi?
|Itu kenyataan, mas Fik. Ku ndak mengada-ada. Kalau sampean ndak yakin,
jangan pernah sekali-kali kamu memberikan harapan kepada seorang wanita
atau sampean hanya akan membuatnya menderita menahan sakit.
|Aku gak pernah main-main dgn suatu hubungan. Akan ku pertahankan sekuat
tenaga. Yang ku ragukan, apakah kamu bisa mempertahankan hubungan?
Seperti yang telah terjadi pada masa laluku.
... Dan masih banyak lagi.
Semua itu seperti dalam konteks drama saja. Teks yang tersusun dalam
lembaran itu adalah skenarionya. Tapi ngomong-ngomong, siapa tokoh
utamanya? Aku atau kamu?
^-^

Aku mengambil sebuah kesimpulan. Allah berhak membolak-balikkan hati
hamba-Nya. Aku yang kala berbahagia dengannya tak mengingat Allah,
sekarang Allah memberikan pelajaran dengan membalikkan hati orang yang
ku cinta. Tujuannya adalah Allah hanya ingin aku kembali mengingat-Nya,
dengan penuh kesabaran dan keikhlasan menerima ujian dari-Nya. Karena
itu, aku harus tegar. Bukankah tujuan hidup kita hanyalah Allah?
Setelah aku menulis semuanya, aku berfikir "Ternyata banyak juga tugas
yang Allah berikan padaku. Banyak orang yang belajar spiritual dari
keluarganya yang kemudian untuk dirinya. Tapi sebagian lagi harus berjuang belajar spiritual dari orang lain untuk diri sendiri dan untuk keluarga. Aku harus berjuang!

Sesaat aku menjajarkan telapak kaki kanan dan jari jempol kananku. Tegambar indah lambang cinta yang diukir Allah dalam bentuk yang sama. Sesekali aku berfikir, tak pernah kutemui manusia dgn tanda lahir seperti ini. Apakah Engkau menitipkan cinta untukku? Tuntunlah aku pada hidayah-Mu, aku merindukan-Mu..

Mau Dicintai Allah? Cintai Dulu Sabar dan Ikhlas


Sabtu, 11 April 2015
"Cinta, sebuah kata yang memiliki ribuan makna. Tapi satu yang harus
kita ingat, bahwa cinta Allah adalah cinta hakiki. Mencintai Allah
adalah syarat untuk dapat dicintai Allah itu sudah pasti. Tapi mencintai
manusia, bukan sebuah syarat dan bukan kepastian untuk dicintainya.
Karenanya jangan pernah ragu akan cinta Allah."
Hari yang ku nanti-nanti akhirnya tiba. Sabtu, minggu ke-2 dalam setiap
bulannya untuk bertemu orang yang aku suka. Namanya Fikri.
Pukul 15.00
Waktu semakin cepat berlalu tapi tak jua kulihat batang hidungnya.
Mungkinkah sedang sibuk? Pasti ada kegiatan yang lebih penting. Hatiku
membenarkan.
Tak lama setelah ku berhenti berharap akan kedatangannya, seorang lelaki
dengan segala kebijaksanaannya datang dari arah utara memarkir
motornya. Dialah Fikri.
Pandanganku sekelebat jatuh padanya namun sesegera mungkin aku
berpaling. Sungguh ada semangat luar biasa yang mendorongku untuk
tertawa ceria. Alhamdulillah, keyakinanku tak salah dan penantiankupun
tak sia-sia.
Sepulang madin jujur hatiku berbunga-bunga, ditambah dengan satu pesan
yang muncul di layar hp ku. Aku slalu takut membuka pesan dari nomer
dengan akhiran 414 itu, tapi .. Tak lama kemudian satu pesan lagi. Dari
Mbak Nisa. Pesan yang sama dengan pesan darinya. Dia mengirimkannya pada
semua anak Irmas, bukan padamu saja.. GR banget!
Malam masih tanpa bintang, sunyi dan sepi. Malam yang tiba tapi tak
sesuai dengan harapan, namun harus tetap disyukuri.
Indah nian mencintainya dalam diam, meski tak luput dari tangis dan
penyesalan. Kita sama-sama menyesal bukan? Sama-sama merasa berdosa. Sama-sama ingin memperbaiki diri.
Tapi kak, keberuntungan mungkin slalu ada di pihak kakak. Jalan terang
telah terbentang di hadapan kakak. Jalan yang akan membawa pada satu
tujuan kakak yang pernah kakak sampaikan tempo hari, "Kebahagiaan Orang
Tua". Bukankah kini kakak juga sudah berada di samping seorang yang
benar pantas untuk kakak? Kakak juga punya banyak teman yang sangat
mempercayai kakak. Kakak punya banyak cinta. Tapi di sisi lain, jalanku masih terjal, dipenuhi
tanda tanya dan ketidakpastian. Tapi saat ini yang kuyakini hanya satu
Allah. Satu tempat yang sangat aku percaya adalah Allah. Yang
mempercayaiku tulus juga Allah.
Di hari yang kunanti, aku bahagia. Cukup dengan menatap saja sudah
bahagia. Tapi ntahlah! Kalau harus berlama-lama dalam satu majlis yang
sama, aku masih tidak tahan. Lama kelamaan juga pasti terbiasa kok,
fighting!
Pukul 22.25
Biasanya ketika khataman, pukul 22.00 aku harus segera pulang. Tapi aku
menunggu sesuatu, "Menunggu dia terbangun."
Tapi 25 menit berlalu dan tak ada tanda-tanda dia akan bangun, jadi
kuputuskan untuk pulang.
Aku : "Mas, mbak, minta doanya buat besok Senin ya?"
Amin : "Arep nyapo?"

Aku : "Ujian mas, semoga diberikan kelancaran dan kemudahan. Terus kalau
ada salah aku minta maaf."
Yusuf : "Koyo wis akhir ae."
Aku : (Tersenyum)
P. Kabul : "Lek ora iso tenanan pokok e bismillah engko ditunjukne soko potelote."
Amin : "Mugi berkah."
Aku : "Assalamu'alaikum"
Serentak : "Wa'alaikumsalam"

Aku harus tetap seperti ini, tersenyum dan tersenyum. Tak masalah
bagaimana suasana hati sebenarnya, yang terpenting adalah menjalaninya
dengan senyuman dan keikhlasan.

Tak selamanya apa yang kita harapkan menjadi taqdir hidup kita. Tetap yakin, bahwa Allah dekat. Istiqamah dan jangan terlalu memikirkan dunia. Di akherat nanti, itulah hidup yang abadi. Siapapun kamu, aku ingin kita bertemu di surga. Semangat, semangatt! Cuma tinggal menghitung jam, ndak boleh lengah! Ingatkah apa yang dikatakan Pak Agus? Sesaat setelah aku mencium punggung tangan beliau. Ingatanku terputar kembali pada saat-saat kami anak-anak elektro dibentak olehnya karena ketidakseriusan kami, meskipun begitu aku cukup bangga dengan hasil kerjaku dgn teman-teman yang berhasil membuat Pak Agus sedikit bangga dengan kelasku, IPA 2. Hehe. Meski tampak kasar, beliau juga banyak memberi kami masukan. Tentang bagaimana beliau sekolah dengan satu buku, satu buku yang slalu dibawanya kemana-mana. "Pak Agus, minta doanya buat ujian nanti." "Emy, ini? Yang penting semangat!" Teriakan beliau yang slalu terngiang dalam ingatanku kala aku merasa letih. Langkahku tertuju pada bu Trina, beliau yang dua tahun lalu pernah menawariku untuk menjadi anak asuhnya. Aku teringat bagaimana aku pernah menangis di hadapan beliau. "Sukses, nduk." "Amin, makasih bu Trina." Aku terus melangkah, tiba di depan pintu keluar kakiku terhenti dan akupun menoleh kembali pada Bu Trina yang ternyata juga masih memandangku. Aku anggukkan kepala yang disambut hangat oleh beliau. Pukul 17.30 Sore hari tiba, acara istighasahpun digelar. "Apa yang terjadi padamu malam ini? Kenapa kamu menangis? Sudahlah, jangan menangis terus." kata salah seorang teman yang duduk di sampingku. Aku membalasnya dengan senyuman, meski dia tau aku menangis tapi dia diam karena dia tau aku tidak akan menceritakan apapun. "Suasana hatiku sedang tidak enak.hehe" jawabku. Tentang hatiku, Allah, ibu, ayah, keluarga, cita, cinta, semua terulas kembali. Semua terbayang kembali saat indah itu dan saat menyakitkan ini. "Ingat Allah! Tersenyumlah. Kamu bisa kok. Kita kuat. Kita akan membuktikannya. Sabar, ikhlas." begitulah hati slalu memperingati. "Mas, apa kamu tengah tersenyum bersamanya? Aku juga sedang tersenyum kok, kak. Pada diriku sendiri, aku slalu berusaha untuk tersenyum. Saat ku ingat kakak, aku slalu ingat Allah. Aku banyak blajar bagaimana aku harus sabar dengan keadaan. Kak, makasih juga karena telah membuatku slalu menyibukkan diri, mencari banyak cara agar setiap detiknya tak ada kesempatan bagiku untuk menangis karena kakak. 13-15 April, kita akan berjuang 19 April, aku yakin aku bisa Untuk seterusnya aku serahkan semua pada Allah.


Rabu, 01 April 2015

Rahasia Di Balik Sebuah Perjalanan



Rahasia Di Balik Sebuah Perjalanan

P
agi itu langit tampak cerah. Seorang wanita bernama Annera berjalan di sekitar tepi pantai dengan pandangan kosong. Dia hanya ditemani hamparan pasir, ombak menyapanya dengan ramah, dan alunan anginpun ikut menemani suasana hatinya yang kelam.
          Annera terus melangkah tanpa henti, di tengah perjalanannya ia menemukan sebuah perahu tua lengkap dengan alat dayung. Tanpa membuang waktu, wanita malang itu segera menaiki perahu tua tersebut tanpa tujuan. Tak terasa waktu bergukir begitu cepat, tanpa ia sadari kini ia telah mendayung perahunya hingga tengah lautan luas.
          Dengan terus mendayung tanpa letih, ia memandangi daerah sekelilingnya, perasaan heranpun terpancar dari wajah wanita itu. Dia berfikir, “begitu indah dan menawan dunia ini”. Tiba-tiba ferra tampak kebingungan saat ia dikejutkan oleh suara lirih yang menyapanya. Ferra terus mencari darimana asal suara itu. Betapa terkejutnya ia saat ia menyadari tidak ada satupun manusia disana. Hanya ada seekor merpati putih yang hinggap di perahunya.
Annera kemudian bertanya, “Apakah engkau yang menyapaku, Merpati Putih?”
“Benar”, jawab Merpati. “Apa yang sedang kamu lakukan di tempat ini?”
“Kemanakah engaku akan mendayung perahumu?”
“Aku ingin pergi untuk mencari kebahagiaan”, jawab Ferra.

          Di tengah lautan bisu, percakapan antara Ferra dengan merpati itupun terus berlangsung.
Annera bertanya, ”Apakah engkau tau dimana tempat untukku menemukan kebahagiaan, Merpati?”
“Annera, air ini adalah sebuah kehidupan. Yang akan terus mengalir tanpa ada yang bisa menghalanginya. Bisa saja aliran air ini akan membawamu ke sebuah istana megah, yang dikelilingi pohon-pohon yang menjulang tinggi, dengan kicauan burung yang mengalun merdu setiap saat. Namun dapat pula aliran air ini akan membawamu ke tempat yang tandus, gersang, dan tidak ada apapun yang biasa kau temukan disana, “jawab merpati”.
         
          Dengan terus mendayung perahunya, wanita bernama Ferra itu terus memikirkan perkataan merpati putih.
Annera berkata, “Merpati, aku bahagia bertemu teman sepertimu. Karna kehadiranmu mampu mengusir sepi dank au terus memberiku harapan”.
“Itulah teman”, jawab merpati. Teman akan senantiasa mendukungmu jika ia tau kebaikan dalam hatimu. Namun aku tidak bisa berlama-lama disini. Aku harus pergi karena aku juga punya keluarga. Setelah kau sampai di tepi nanti, aku berjanji aku akan kembali menemuimu.
“Baiklah, jalan hidup kita memang berbeda”, jawab Annera dengan kecewa.
Annera, bersabarlah. Ingatlah bahwasannya jalanmu masih panjang. Tidak menutup kemungkinan ombak besar akan menghadangmu. Dan tatkala itu benar terjadi, berpegang eratlah kamu kepada segala hal yang kau percaya dapat melindungimu.
          Merpati putihpun berlalu pergi mengepakkan sayap indahnya menembus langit biru. Ferra terus memandang merpati itu hingga awan melenyapkan pandangannya. Tak berapa lama merpati itu pergi, Ferra telah mendayung perahunya ke sebuah tempat yang menawan, dengan dikelilingi pohon-pohon serta bunga-bunga, yang di atasnya kupu-kupu cantik tersenyum pada Ferra.
“Ini adalah pemandangan terindah yang pernah aku lihat selama hidupku”, kata Ferra dengan senangnya.
          Saat Ferra terus mendayung, keindahan itupun perlahan lenyap. Digantikan oleh rasa takut akan ombak besar yang sedang berlari ke arahnya. Ferra berfikir, “Bagaimana jika ombak itu akan menjatuhkannya dan menenggelamkannya hingga ke dasar?’’ Ombak itupun semakin mendekat, dan sesekali menghantam perahu Ferra denagn dahsyatnya. Namun Ferra teringat dengan pesan burung merpati kepadanya. Ferrapun berpegang erat pada perahunya.
          Tidak lama kemudian, ombak itu pergi menjauh. Ferra terus mendayung tanpa lelah dan sampailah ia di sebuah tepi pantai yang sangat ramai dikunjungi para wisatawan.
Iapun turun dan berfikir, “Dimana sesungguhnya kebahagiaan yang aku cari?”
          Saat Ferra termenung dalam khayalannya, merpati putih datang memenuhi janjinya.
“Bagaimana dengan perjalananmu? Sudahkah kau temukan apa yang kau cari?” Tanya merpati.
          Ferra terdiam, dia masih berfikir dimana kebahagiaan yang dikatakan oleh merpati itu.
“Ferra, bukankah seharusnya kau puas karena telah berhasil mendayung perahumu hingga ke tepi? Disinilah kau akan mulai mendayung hidupmu yang sesungguhnya. Dan apa yang akan terjadi padamu nanti tak akan jauh berbeda dengan apa yang telah kau alami hari ini. Dan yakinlah kau akan temukan kebahagiaan yang sesungguhnya,” kata merpati.

          Merpati putihpun kembali terbang meninggalkan Ferra. Pagi yang tadinya cerah kini berubah menjadi senja. Kegelapan mulai menyelimuti awan. Akhirnya Ferra tersadar bahwa inilah awal perjalanan hidupnya. Iapun kembali berjalan pulang menemui kehidupan yang akan kembali ia hadapi. Mungkin ini akan menjadi lebih berat dari sebalumnya, tapi ia yakin bahwa kebahagiaan yang akan ia temukan nanti jauh lebih berarti.

RESENSI BUKU "Hope, Dream, Desire, Destiny" Karya Andi Arsyil Rahman Putra



RESENSI BUKU
"Hope, Dream, Desire, Destiny"
Karya Andi Arsyil Rahman Putra
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Tugas Semester Ganjil
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia






Disusun oleh  :
Dian Emy Mastura (16)
Pembimbing :


Kelas XII IPA 2


MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 PONOROGO
Jalan Soekarno-Hatta No. 381 Ponorogo, Telp.(0352) 481168
Tahun Pelajaran 2013/2014

Judul Buku                  :           Hope, Dream, Desire, Destiny
Nama Pengarang         :           Andi Arsyil Rahman Putra
Nama Penerbit                        :           PT Elex Media Komputindo
Tempat Terbit              :           Jakarta
Tahun Terbit                :           2012
Cetakan                       :           I (Pertama)
Tebal Buku                  :           320 halaman

            Seorang bayi lebih banyak menggunakan insting ketimbang rasa. Pada saat itu komunikasi kita dengan dunia luar adalah insting. Menangis, tersenyum bukan karena kita tahu apa yang sedang kita rasakan, tetapi lebih kepada insting yang tergugah. Kita adalah titk nadir kehidupan ini, yang satu per satu menjumpai makna dan pada akhirnya membuat kita paham tentang langkah dan hasrat dalam kehidupan ini. Melalui proses yang begitu luar biasa kita pun belajar akan "rasa dalam kehidupan" perasaan senang dan sedih, bahagia dan kehilangan, kegigihan dan kepasrahan, kegagalan dan keberhasilan, kehilangan dan kebersamaan, kedamaian dan keluh kesah, pengharapan dan putus asa, khilaf dan insyaf, serta penghianatan dan cinta yang mewakili hampir setiap momen dalam kehidupan.
            Proses ini akan terus berjalan ketika jiwa kita selalu terlahir dan terlahir kembali, dari kegelapan menuju cahaya untuk menemukan hakikat kehidupan dan harapan yang hakiki. Karena harapan itulah kita berjuang, belajar, berdo'a, berusaha, hingga tugas mulia kita sebagai manusia telah tertunaikan. Hasrat, mimpi, dan taqdir telah menyatu menjadi sebuah harapan yang tidak akan tertelan waktu 1 atau 2 hari, melainkan harapan yang abadi saat ketika kita dari kegelapan ke cahaya-Nya. Proses kehidupan yang dalam maknanya yang lebih luas merupakan sebuah pembenaran bahwa tiada proses antara hidup dan mati merupakan gerbang pergi untuk kembali, saat roda dunia ini terus berputar mengantarkan kita melewati gelap lalu cahaya kembali ke gelap dan menemukan cahaya, dari kegelapan menuju cahaya. Ya itulah proses kehidupan dan memang benar adanya.
            Paragraf di atas adalah sedikit uraian yang terkandung dalam buku motivasi yang berjudul "Hope, Dream, Desire, Destiny" karya Andi Arsyil Rahman Putra. Buku ini berisi tentang kumpulan cerita atau kisah dari para tokoh yang pada akhirnya berhasil dalam meraih mimpinya. Keseluruhan kisah dari buku ini menceritakan ketika seseorang memulai karirnya dari bawah. Dengan kehidupan yang serba kekurangan, baik itu dalam hal materi maupun fisik, seseorang mampu bangkit dari keterpurukan untuk membuktikan kepada dunia bahwa ia bisa. Dengan kesungguhan tekad, dan usaha yang maksimal, serta keyakinan tentang adanya Tuhan, memberikan kekuatan kepada para pemimpi untuk memperjuangkan harapannya demi kehidupan di masa depan yang lebih baik.
            Hampir dalam setiap bab dalam buku ini, penulis menuliskan kata motivasi dari dirinya sendiri maupun yang dikutip dari para filsafat terdahulu. Hal itu memberikan dorongan kepada pembaca untuk lebih ingin mengetahui nilai-nilai moral ataupun pelajaran yang dapat kita ambil dari setiap kisah yang diceritakan dalam setiap babnya. Selain itu, penulis banyak mencantumkan berbagai foto saat ia melakukan interview dengan orang-orang yang ia ceritakan. Hal tersebut membuat buku ini semakin menarik dan tidak membosankan untuk dibaca. Dengan foto-foto itu pula dapat menambah keyakinan kepada kita bahwa apa yang diceritakan dalam buku tersebut adalah benar. Bahasa yang digunakan penulis dalam buku ini runtut dan mudah untuk dipahami setiap kalangan yang membacanya.
            Namun setiap kisah dari para tokoh yang diceritakan dalam buku ini hampir semuanya memiliki pola yang sama. Yaitu tokoh yang terlahir dalam kehidupan yang serba susah, yang pada waktu tertentu ia harus merasakan betapa kerasnya arti sebuah perjuangan, serta pahit dan pedihnya kegagalan, yang pada akhirnya membuat mereka percaya akan adanya tiga kekuatan, yaitu pengharapan, usaha, dan do'a hingga ia memperoleh kesuksesan yang dicita-citakannya. Bagi sebagian orang hal tersebut kemungkinan akan membuat mereka jenuh ketika membacanya, namun bagi para pecinta sastra hal tersebut bukanlah masalah karena yang terpenting adalah hikmah yang dapat kita ambil setelah membacanya.
            Buku ini sangat cocok dibaca bagi semua kalangan pada umumnya dan khususnya bagi kita yang diuji Allah hidup dalam kekurangan agar selalu dalam kesabaran dan keikhlasan. Karena buku ini mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada satupun makhluk yang diciptakan Allah dalam keadaan sempurna. Setiap yang diciptakan pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Buku ini juga menyadarkan kepada kita bahwa di luar sana masih banyak orang-orang yang lebih menderita daripada kita, maka kita harus tetap optimis bahwa kita bisa dan sudah seharusnya kita senantiasa bersyukur atas nikmat-Nya. Demikian sedikit ulasan yang dapat saya tuliskan tentang buku yang berjudul "Hope, Dream, Desire, Destiny" karya Andi Arsyil Rahman Putra ini, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Menuai Air Mata Cinta kala Senja



Menuai Air Mata Cinta kala Senja
Oleh : Dian Emy Mastura

Senja merana
Melukiskan cerita cinta penuh duka
Awan kegelapan datang menyapa
Mengantarkan senja pada air mata
Semburat senyum mentari perlahan menghilang
Bersembunyi meninggalkanku dalam kesunyian
Sunyi tanpa cinta
Terdengar gemerisik dedaunan
Senja pun berganti malam
Masih dengan air mata aku terdiam
Mengadu pada hujan yang menghujam
Mengabarkan kebisuan cinta dan kebekuan hati
Cinta yang kautitipkan dalam senyum terhangatmu
Yang terbungkus rapi dalam indahnya rayuanmu
Teganya kau minta paksa tanpa menghiraukanku
Kepalsuan cinta sedingin salju
Untukmu bintangku
Yang pergi menyisakan tangis berselimut rindu
Dengarkan tangis luka yang tak jua mengering
Biar luka bercerita tentang cinta yang tak berlabuh
Tentang kerinduan yang tak bertepi
Biar air mata yang menggantikan bibir yang terlanjur kelu
Menahan tangis karena kesetiaan yang ternodai
Malam membisu
Sepi sendiri
Mengecup puing kenangan dalam kebimbangan
Bercumbu dengan tangis yang tertahan
Hanya warna-warni burung-burung kecil
Yang tak jua letih mendengar celotehan hati
Tuhan …
Izinkan aku mencintainya dalam sujudku kepada-Mu
Perkenankan aku merindukannya di samping kerinduanku kepada-Mu
Jagalah cinta dan kerinduanku
Dalam balutan kasih dan ridha-Mu
Cinta, ajari aku sabar

Ahad, 25 Januari 2015
Namaku Dian Emy Mastura, biasa dipanggil Emy. Saya lahir di Ponorogo, tepatnya pada tanggal 14 Juni 1996. Saat ini, aku sedang berjuang menyelesaikan masa putih abu-abuku di MAN 2 Ponorogo. Fighting!!! Untuk selebihnya bisa add account FB aku di Dianemy Hwa Sshi atau hubungi no.HP 085749079441.