Cari Blog Ini

Minggu, 06 Agustus 2017

Al-Hikam BAB 13



Lantunan amanat yang pernah disampaikan dalam kajian rutin Al-Hikam, BAB 13 :
“Bagaimana akan terang hati seorang hamba, yang gambar dunia terbayang jelas dalam cermin hatinya?
Bagaimana akan melangkah menuju Allah, padahal ia sedang terbelenggu dalam kungkungan syahwatnya?

Bagaimana ia akan bisa masuk ke hadhirat Allah, sedangkan ia belum suci dari kelalaiannya?
Dan bagaimana ia berharap akan mengerti rahasia-rahasia mendalam dan indah, sedangkan ia belum bertaubat dari kesalahan-kesalahannya?”

Pertanyaan-pertanyaan tersebut ketika membacanya menjadikan sebuah alat sebagai introspeksi diri jika mengharapkan benar keridhaan Allah, ketenangan hidup, dan kedamaian.

Ibnu Atthoilah mengibaratkan hati sebagai cermin, jika kita mau mengamati ketika cermin dihadapkan pada sumur yang gelap maka ia akan gelap. Namun jika dihadapkan pada matahari, maka ia akan berkilau. Begitulah hati kita, jika kita menghadapkan hati kita hanya pada dunia maka yang ada hanyalah kegelapan yang tiada henti, angan-angannya akan jauh pada dunia sehingga jauh dari dzikrullah. Semua itu terjadi karena kita terlalu mementingkan keingainan syahwat dan hawa nafsu terhadap duniawi yang dimanjakan oleh kelalaian yang berkelanjutan terhadap Allah, sehingga banyak kesalahan-kesalahan atau keteledoran yang kita ciptakan tanpa mau memikirkan kebenarannya.

Intinya banyaknya keteledoran dan kesalahan-kesalahan tersebut menjadi sebab terjadinya kelalaian, tenggelam dalam kelalaian menjadi faktor menuruti kehendak syahwat yang memperbudak, dan menuruti kehendak syahwat menjadi sebab utama cermin hati didominasi oleh gambar dunia yang gelap gulita.

"Dunia adalah sebuah madrasah, tempat kita menuntut ilmu dalam rangka ma'rifatullah. Maka dalam setiap hal yang kita pelajari, disana pasti terdapat hikmah yang tersurat maupun tersirat. Yang titik pangkalnya adalah ada Allah di balik segala sesuatu, bagi insan yang mau berfikir."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar