Cari Blog Ini

Senin, 23 Mei 2016

Menyulam Benang Kasih Berkainkan Teman

Larut dalam kata
Ketika kau menemuiku di penghujung senja
Hanya tanya yang terus menyeruak
Menggetarkan hati yang dipenuhi sesak
Telah lamu ku mengubur luka
Mengumpulkan puing rindu dalam untaian cerita
Ditemani temaran cahaya rembulan
Yang semakin malam kurasa semakin terang
Teringatku dalam sebuah kenangan
Yang membuat jemariku mengusap peluh sendirian
Bisakah engkau perlahan menghirup udara sekitarmu, wahai hati yang ku rindu?
Nikmati dan rasakanlah sejuknya cinta yang telah kutitipkan di dalamnya
Udara yang membawa sebuah rasa yang tak henti ku rajut "rindu"
Bersama datangnya pagi dan hilangnya malam
Masih aku dengan ilusiku yang bersua
Egois!
Apa kata itu pantas untuk mengataimu?
Yang datang menanam cinta
Kemudian mencabutnya sesukamu
Benar kau mencabut rasa itu sampai akarnya
Hingga tak pernah kau merasa betapa seringnya ku mengiba?

Tidak
Pada kenyataannya kini kamu kembali
Menyulam benang kasih
Yang berkainkan teman
Berbulan-bulan ku menanti
Menatap purnama pertama, kedua, ketiga
Masih tanpamu
Kepergian yang tak akan kembali, pikirku
Namun aku tetap menunggu
Mengharap senyum indah itu
Lama, 100 hari lebih aku menanti
Senyuman yang tersimpul tulus
Ketika ku berucap "aku takut berharap"
Balasanmu bagai pintu yang menutup jalanku untuk kembali merajut cinta
Pintu yang enggan terbuka untuk memberiku tempat
Sebuah ruang kosong dimana aku bebas memelihara cinta
Ada dalam anganku
Aku menukar luka dengan cinta
Perih memang
Tapi tak seperih ketika kau pergi tanpa seulas senyuman
Kini kamu hadir
Benar disini
Tapi akankah hadirmu akan semakin nyata seiring waktu
Atau hanya datang untuk pergi lagi?

25 April 2015 21.45

Tidak ada komentar:

Posting Komentar